Kane & Lynch 2: Dog Days














    Dua kriminal psikopat Kane & Lynch kembali lagi dalam iterasi keduanya. Saya tidak sempat memainkan Kane & Lynch: Dead Men yang pertama tapi nama game itu sangat tenar dikarenakan kontroversi yang ia ciptakan, sesuatu yang sekarang disebut gamer sebagai kontroversi Gamespot. Ingat tahun 2007 lalu saat publik gamer di internet geger karena dipecatnya editor Gamespot, Jeff Gerstmann, yang memberi skor game tersebut 6.0. Belakangan sang editor yang dipecat berkicau dan mengatakan kalau Gamespot sebenarnya dibayar oleh para developer game tersebut untuk ‘memuji’ game tersebut. Tentu saja kontroversi ini disangkal oleh Gamespot tetapi sejak itu saya lompat perahu ke kubu IGN, 1Up, dan Kotaku kalau mencari review atau informasi mengenai game, apalagi karena kepergian Gerstmann disusul oleh empat rekan editornya yang tak tahan ditekan pengiklan-pengiklan di Gamespot dalam mereview game.
    Nah sekarang Kane & Lynch 2: Dog Days keluar dan kamu lebih banyak berperan sebagai Lynch. Apabila kamu punya rekan, ia juga bisa membantu memainkan Kane dalam mode co-op dan kamu sebaiknya berdoa kamu memiliki seorang rekan. Pasalnya AI temanmu ini bodoh. Berbeda dengan AI dalam Modern Warfare 2 dan Bad Company 2 di mana kamu bahu membahu bersama rekanmu menghabisi musuh, di sini keberadaan rekanmu praktis hanya sebagai pelengkap. Saya sengaja mencoba mengetes AI rekanku dengan membantai seluruh musuh di ruangan (kadang jumlah mereka bisa belasan hingga puluhan) dan menyisakan dua atau tiga untuk dibunuh AI rekanku. Hasilnya? Dua menit lebih saya bersembunyi dan menunggu sampai rekanku berhasil membunuh satu. Ampun deh. Saya tidak sabar dan lantas membabat kedua sisanya dengan pistolku sendiri.
    Masalah keduaku dengan game ini adalah migrain setelah memainkannya. Saya selalu berhenti bermain setiap dua misi (kurang lebih 30 menit) karena mata saya tidak kuat menontonnya. Ironis karena sebenarnya game garapan Eidos ini justru diciptakan sebisa mungkin mendekati nuansa film. Penggunaan kamera misalnya dibuat ala Handheld alias shaky. Pernah menonton Cloverfield atau film-film garapan Paul Greengrass? Sensasi yang sama bakalan kamu rasakan menonton – eh memainkan game ini. Begitu juga dengan gaya pengambilan gambar saat cutscene, dilakukan cepat, dengan lompatan-lompatan adegan dan editing yang sangat theatrik. Atmosfirnya pun sempurna menggambarkan Shanghai jaman gangster tahun 1980an dulu. Tapi itu juga merupakan masalah utama dengannya. Masalahnya ini bukan film! Ini game! Shooting pula! Saya jelas jengkel ketika menembak semua layar saya bergoyang sehingga sulit membidik musuh. Lebih jengkel lagi saat saya berlari dan semua layar bergelombang membuat mata dan kepala saya pusing. Saya menghargai nuansa artistik game ini, tapi tidak bisakah dibatasi hanya pada cutscenenya saja?
    Kelemahan lain dalam Kane & Lynch 2: Dog Days adalah monotonnya game ini. Gameplaynya praktis cuma kamu bergerak dari awal sampai ujung stage menembaki musuh yang bergerak dengan berganti-ganti setting. Satu-satunya hal yang mendorong saya bergerak terus maju dan menamatkan game ini bukan seru gameplaynya tetapi lebih ke jalan ceritanya. Ini berbeda dengan game shooting lain yang memasukkan banyak unsur ke dalam gameplaynya. Saya ambil dua contoh yang berbeda ya supaya jelas.
    1. Call of Duty – Modern Warfare 2: Ada segmen kabur ski salju, segmen menembak sniper, memanggil rudal.
    2. Splinter Cell: Conviction: Kamu bisa mempermainkan lampu untuk menyembunyikan posisimu, dan kamu bisa bermain ala Rambo atau ala Snake dalam menghabisi musuhmu.
    Di game ini tidak. Obyektifmu ya bergerak dari satu titik, bertemu dengan musuh yang menghadang di sana (biasa polisi atau anggota geng penjahat lainnya) menembaki mereka sampai mati semua, kemudian bergerak ke titik lainnya lagi. Begitu seterusnya selain pada satu stage di mana kamu menaiki helikopter dan menembaki musuh yang di bawah. Gara-gara monotonnya permainan ini saya sebenarnya tidak betah dengan game Kane & Lynch 2: Dog Days. It’s just… boring.
    So my verdict is… saya akui kalau developer IO Interactive hendak membuat game ini lebih realistis dan grounded dengan penggunaan shaky camera dan saya acungkan jempol untuk keberanian mereka berinovasi. Tapi perlu diingat bahwa tidak semua inovasi berhasil – dan jelas kalau game ini merupakan inovasi yang gagal. Who let the dog out in Shanghai?

    Final Verdict
    Gameplay: 3.5
    Saya hampir-hampir tidak bisa memainkan game ini. Musuh terlalu banyak. Kamera yang terlalu bergoyang. AI yang jongkok. Fitur multiplayer yang terbatas. Misi yang monoton. Semuanya salah dengan game ini. Hanya satu inovasi yang saya nilai menarik di sini: sistem mengkhianati teman dalam multiplayer.
    Graphic / Sound: 7.5
    Kota Shanghai dirender dengan apik dan kelam, menciptakan suasana Shanghai Underground yang penuh nuansa angst. Yang saya benci adalah kadar kekerasan yang terlalu terlalu berlebihan. Bayangkan sosok seorang wanita yang tewas setelah disetubuhi dan dipukuli. Menjijikkan.
    Play Time: 3.0
    Sangat pendek. Misi utamanya bisa diselesaikan dalam kurun waktu lima jam, mungkin di bawah itu. Map multiplayer pun tak semua langsung terbuka karena terkunci meminta downloadable content.

Blog Archive

Total Pageviews