Dua franchise monster luar angkasa ini rasanya tidak pernah mati. Semenjak tengkorak Alien pertama kali muncul di pesawat luar angkasa Predator (dalam film Predator 2), banyak orang yang mengharapkan keduanya bisa bertemu dan bertarung mano-a-mano. Pada akhirnya dalam layar lebar keduanya sudah bertemu dua kali: dalam film besutan Paul WS Anderson dan sekuelnya yang gagal di AvP Requiem. Akan tetapi para gamer terlebih dahulu merasakan bagaimana dahsyatnya kalau dua kekuatan besar itu (tambahkan manusia yang terjebak di tengah) bertemu.
Konsol Atari Jaguar tidak banyak dikenal orang saat ini karena merupakan konsol yang gagal. Malahan bisa dibilang Jaguar adalah alasan kenapa Atari berhenti memproduksi konsol. Toh, sejarah mencatat bahwa tidak semua konsol yang gagal tidak punya game bagus di dalamnya. Lihat saja Panzer Dragoon di Saturn atau deretan game berkualitas di dalam Dreamcast sebelum dua konsol Sega itu kalah bersaing dengan Playstation dan Playstation 2. Jaguar juga bukan perkecualian. Dalam masa hidupnya yang relatif singkat, ia menelurkan sebuah hits berjudul Alien VS Predator. Game ini unik pada jamannya karena memberi kesempatan bagi gamer untuk memainkan tiga karakter sekaligus (Alien, Predator, dan Marine / Human) dengan pola gameplay yang berbeda satu sama lainnya. Bahkan setelah kematian Jaguar pun, Alien VS Predator terus menemukan korban baru yang memainkannya setelah diremake di PC dan konsol-konsol lain.
Pada tahun 2010 ini lagi-lagi franchise Alien dan Predator bangkit. Sempat mati suri setelah kegagalan AvP Requiem, Ridley Scott kini tengah menggarap prekuel untuk film Alien, sementara sekuel Predator yang berjudul Predators sudah siap edar tahun ini. Oleh karena itu tahun ini rasanya juga merupakan tahun yang tepat untuk merilis (lagi-lagi) sebuah game bertitel Aliens VS Predator. Seperti prekuelnya, game ini juga ditangani oleh Rebellion Development. Apakah tim developer yang sama ini bisa mengulangi sukses yang sama yang membuat prekuel-prekuelnya kini sebuah titel klasik dunia gaming?
Seperti sudah-sudah, titel Aliens VS Predator memperbolehkanmu untuk memilih satu di antara tiga ras yang berbeda. Sekedar catatan saja, ketiga skenario ini berdiri sendiri-sendiri walaupun pada momen-momen tertentu akan saling berhubungan membentuk suatu gambaran kisah yang lebih besar.
Sebagai Alien, kamu dijuluki spesies enam yang ditangkap dalam sebuah laboratorium oleh para peneliti Weyland Corp. Setelah terjadi kerusakan pada sistem kamu berhasil meloloskan diri dan siap mengobrak-abrik fasilitas tersebut. Ciri khas Alien yang bisa merayap di segala permukaan juga bisa kamu gunakan di sini. Kamu bisa merayap di atas atap, di dinding, dan merayap di lantai untuk mengincar korbanmu. Strategi bermain sebagai Alien adalah untuk selalu memecahkan lampu dan membuat ruangan segelap mungkin. Ini akan membuat lawanmu kesulitan melihat, tetapi kemampuan alamiah Alien melihat dalam gelap memudahkanmu menghabisi para korban.
Sebagai Predator, kamu adalah seorang tingkat Elite yang tiba di sebuah planet koloni setelah mendengar para Youngblood (Predator dalam training) tewas di sana. Kemampuan Predator tentu saja kemampuannya untuk kamuflase dan menyembunyikan diri dengan lingkungan. Adalah kepuasan tersendiri melihat dirimu yang tembus pandang berdiri di atas pohon dan menembak para tentara manusia yang tidak sadar mereka telah menjadi mangsa yang tengah diincar. Puas juga melihat dari jarak dekat kamu bisa mencabut kepala musuhmu. It’s gory, but it’s fun as hell.
Terakhir sebagai Marine, kamu dijuluki Rookie dan gameplaynya berubah menjadi FPS. Mengingat fisik manusia inferior dibandingkan dua makhluk lainnya, kamu otomatis akan bergantung pada arsenal persenjataanmu. Dua level awal dalam campaign skenario manusia terutama sangat menegangkan karena menempatkanmu di pesawat terbang yang rusak dan dalam kegelapan. Kalau kamu sudah memainkan skenario Alien, kamu bakalan sadar betapa berbahayanya makhluk itu dan akan selalu was-was bila melihat gerakan atau bunyi yang mencurigakan.
Entah kenapa saya masih merasa kurang puas dengan game ini. Beberapa design levelnya terasa terlalu monoton buatku. Praktis dibandingkan dengan FPS-FPS jaman sekarang, design level game ini terasa terlalu sederhana. Seperti yang saya katakan di atas, hanya dua level yang membuat saya acung jempol dan itu adalah dua level awal skenario manusia yang menawarkan teror mental yang luar biasa. Kontrol karakter juga menjadi masalah. Alih-alih saya merasa keren memainkan Alien yang bisa merayap ke mana-mana, saya sering merasa pusing dengan perubahan gerakan Alien yang terlalu mendadak. Sering saya berhenti sejenak setelah berlari ke sana-sini sekedar untuk memastikan di manakah saya tengah merayap. Uh, developernya mungkin lupa memastikan bahwa yang main game ini bukan Spider-man yang sama-sama suka merayap. Kalau sudah menyelesaikan tiga skenario Campaign game ini, kamu juga memiliki pilihan untuk bermain Multiplayer (saya pribadi belum mencobanya). Toh, mengingat game ini saja sudah memiliki flaw dalam Single Playernya, sulit berharap gamer beralih dari game-game multiplayer biasa macam Left 4 Dead atau Modern Warfare untuk menjajal game ini.
So my verdict is… walaupun ada momen-momen brilian dalam game ini (memotong kepala orang sebagai Predator is just dang awesome) saya masih kurang puas dengan presentasinya secara keseluruhan. It could’ve and should’ve been a better overall game.
Final Verdict
Gameplay: 6.0
Ada diversifikasi yang jelas ketika kamu bermain sebagai tiga ras yang berbeda itu. Tapi alih-alih merasakan tiga sensasi yang berbeda, kamu seperti memainkan tiga game yang belum sempurna lantas dilebur jadi satu.
Ada diversifikasi yang jelas ketika kamu bermain sebagai tiga ras yang berbeda itu. Tapi alih-alih merasakan tiga sensasi yang berbeda, kamu seperti memainkan tiga game yang belum sempurna lantas dilebur jadi satu.
Graphic / Sound: 7.0
Detail grafis dan kualitas voice actingnya biasa-biasa saja. Developernya juga tidak mau repot-repot menciptakan animasi yang berbeda saat Predator atau Alien menghabisi korbannya. Setidaknya saya terhibur dengan banyaknya jenis Alien (Alien Queen!) dan Predator (Predalien!) yang bertebaran di mana-mana.
Detail grafis dan kualitas voice actingnya biasa-biasa saja. Developernya juga tidak mau repot-repot menciptakan animasi yang berbeda saat Predator atau Alien menghabisi korbannya. Setidaknya saya terhibur dengan banyaknya jenis Alien (Alien Queen!) dan Predator (Predalien!) yang bertebaran di mana-mana.
Play Time: 6.5
Walaupun Story Mode tiap karakter lebih pendek dibanding FPS kebanyakan, karena menawarkan tiga skenario yang berbeda maka kamu perlu kira-kira 10 – 15 jam untuk menyelesaikan apa yang ditawarkan game ini padamu. Selebihnya tergantung dari apakah kamu ingin menjajalnya bersama orang lain atau tidak.
Walaupun Story Mode tiap karakter lebih pendek dibanding FPS kebanyakan, karena menawarkan tiga skenario yang berbeda maka kamu perlu kira-kira 10 – 15 jam untuk menyelesaikan apa yang ditawarkan game ini padamu. Selebihnya tergantung dari apakah kamu ingin menjajalnya bersama orang lain atau tidak.